300x250 AD TOP

OKTARI YULIKA. Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
PALEMBANG, SUMATRA SELATAN, Indonesia
Nama lengkap : Oktari Yulika Nama Panjang : Oktariiiiiiiii yulikaaaaa (haha :D) Calon Imam (Amin) yang akan berjuang bersama menuju kesuksesan : Perry Agung Saputra Hal-hal yang ingin di capai : Ingin bergentayangan di dunia maya tanpa biaya akomodasi internet "seumur hidup" (woiii siapa yang kagak mau tuh haha), sama ingin punya duit dengan angka nol sebanyak 18 digit berjejer rapi (kayak paskiraka gituu :D) dibelakang angka 1 haha biar bisa beli tiket ke surga untuk semuuuaa orang ,, (tapii semuaa berubah saat negara api menyerang ),. Hal-hal yang tidak disukai : menunggu... dari jaman joko tingkir, joko tarub, joko golog, sampe sekarang jaman jokowi.. Yang namanya nunggu itu emang bener-bener gak menyenangkan,. apa lagi menunggu sesuatu yang tak pastii (huuhh gak bangeet deh :p, tpi kok aneh nya banyak orang yang ngelakuin hal itu, bahkan aku sendiri pun mengakui pernah melakukannya,, Dan Catat : LEBIH dari sekali,... BEGOO!!!)

Salah satu naskah drama sewaktu masa SMA

Cinderella Sendal Jepit :D

Assalammualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Haiiii Teman-teman di manapun anda berada *baik dunia maupun akherat hehe*.. Kembali lagi di po...

Followers

Labels

Translate

Blogger news

Selasa, 12 Juli 2016

Tagged under:

Pengertian dan Dampak era Globalisasi dalam Berbagai Bidang



PROGRAM  STUDI  PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS  TARBIYAH  DAN  KEGURUAN
UNIVERSITAS  ISLAM  NEGERI  RADEN  FATAH  PALEMBANG
2016

                                                                     I.          Apakah Era Global itu?

A.      Pengertian Era Globalisasi
1.      Pengertian Globalisasi
Pengertian globalisasi sendiri diambil dari kata “global” yang artinya universal. Ada sebagian yang berpendapat bahwa globalisasi merupakan proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara berada dalam ikatan yang semakin kuat untuk mewujudkan sebuah tatanan kehidupan baru atau kita bisa mengartikan sebagai kesatuan koeksistensi yang nantinya akan mengahpus batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Pengertian ini didukung oleh pihak yang mendukung terjadinya sebuah evolusi sosial ekonomi dan budaya serta tetap menjaga eksistensi dan pengaruhnya terhadap dunia terutama dunia ketiga. Stigma negatifdisematkan kepada globalisasi oleh para pendukung ide ini, globalisasi dipandang hanya evlolusi dari kapitalisme dimana Negara-negara kaya akan mengontrol perokonomian dunia sedangkan negara-negara kecil atau yang sering disebut negara ketiga hanya dieksploitasi dan semakin terbenam karena tidak mempunyai daya saing.[1]
Menurut David Held dan Anthony Mc Grew tidak ada pengertian globalisasi yang tepat yang disepakati bersama. Globalisasi dapat saja dipahami sebagai kedekatan jarak, ruang, waktu yang menyempit, serta pengaruh yang cepat. Dari sudut pandang pengistilahan, istilah globalisasi sebenarnya masih mengalami problem karena relativitas serta subyektivitas pemakaian kata tersebut.[2]
Sementara itu menurut sebagian orang, globalisasi adalah menghilangkan dinding dan jarak antara satu bangsa lain, dan antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lain. Sehingga semuanya menjadi dekat dengan kebudayaan dunia, pasar dunia dan keluarga dunia. Sebagian lain mengatakan globalisasi ialah mengubah dunia menjadi perkampungan dunia.
Ada juga yang memandang globalisasi adalah kelanjutan dari tren yang telah lama mapan, yaitu liberarisasi seperti dianut oleh kaum neo-liberal. Namun menurut Paul Rust dan Graham Thompson seperti dikutip oleh Giddens bahwa globalisasi merupakan kelanjutan fenomena ekonomi yang kini menuju ke arah global. Tetapi kedua pandangan di atas tidaklahmerepresentasikan globalisasi secara utuh mengingat cakupannya sangat luas dan menggejala ke dalam berbagai sektor.
Yusuf Qardhawi dalam buku Islam dan Globalisasi Dunia mengatakan bahwa globalisasi mengandung arti menghilangkan batas-batas kenasionalan dalam bidang ekonomi (perdagangan) dan membiarkan sesuatu bebas melintas dunia dan menembus level internasional, sehingga terancamlah nasib suatu bangsa atau negara.
Ditegaskan pula Yusuf Qardhawi dalam buku Ummat Islam menyongsong Abad 21, globalisasi berarti pula eliminasi batas-batas teritorial antara suatu bangsa dengan bangsa yang lain, antara tanah air yang satu dengan yang lain, antara kebudayaan yang satu dengan yang lain.
Kondisi tersebut dikarenakan terjadinya perkembangan pesat dalam teknologi komunikasi, transformasi, dan informasi. Pada tataran konsep, globalisasi tidak bertentangan dengan Islam. Bahkan Islam sejalan dengan globalisasi. Ini disebabkan karena Islam bersifat universal atau “rahmatan lil ’aalamiin”. Namun globalisasi yang terjadi akhir-akhir ini cenderung mengarah pada pemaksaan hegemoni politik, ekonomi, sosial, dan budaya AS kepada dunia, khususnya dunia Timur atau dunia ketiga, dan lebih khusus lagi terhadap dunia Islam.
Cukup beralasan jika dikatakan bahwa globalisasi dapat bermakna “westernisasi dunia”. Konsep ini merupakan istilah santun bagi imperialisme gaya baru yang sudah menanggalkan baju lama dan cara-cara kunonya, untuk memainkan hegemoni baru dengan payung istilah yang lembut, yakni “globalisasi”. Untuk melengkapi pemahaman globalisasi demi kesempurnaan contoh makalah dampak globalisasi ini simak pula pengertian globalisasi menurut para ahli.
Globalisasi berakar kata dari  “globe” yang berarti  bola; globe; bola bumi; bola dunia; bola bumi buatan[3], semakna dengan kata ini yang sudah diserap kedalam bahasa Indonesia adalah “Global” yang berarti secara umum dan keseluruhan; secara bulat; secara garis besar, bersangkut paut, mengenai, meliputi seluruh dunia. Sedangkan globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia. [4] Sedangkan Abudin Nata mendefinisikan globalisasi merujuk kepada suatu keadaan dimana antara satu negara dengan negara lainnya sudah menyatu. Batas-batas teritorial, kultural, dan sebagainya sudah bukan merupakan hambatan lagi untuk melakukan penyatuan tersebut.[5]
Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya, terutama dalam bidang pendidikan.
Jadi, Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia
2.      Pengertian Era Global
Istilah era globalisasi terdiri dari dua kata, yaitu era dan globalisasi. Era berarti tarikh masa, zaman; sedangkan globalisasi berarti proses mengglobal, proses membulat, proses mendunia. Dengan demikian era globalisasi yang kadang juga disebut era mondialisasi itu berarti zaman yang di dalamnya terjadi proses mendunia. Proses mendunia ini yang terjadi sejak tahun 1980-an itu terjadi di pelbagai bidang, misalnya di bidang politik, bidang sosial, bidang ekonomi, dan bidang agama; terutama sekali di bidang teknologi.[6]
Secara konkret agaknya perlu diberikan contoh tentang proses mendunia tersebut. Perkembangan budaya manusia dewasa ini telah mencapai taraf yang luar biasa, yang di dalamnya manusia bergerak menuju ke arah terwujudnya satu masyarakat manusia yang mencakup seluruh dunia; satu masyarakat global. Dengan teknologi transportasi dan komunikasi serba canggih yang berhasil diciptakannya, manusia telah berhasil mengatasi jarak yang dahulu memisah-misahkan manusia yang satu dari yang lain (dan juga yang memisah-misahkan suku bangsa yang satu dari yang lain bangsa yang satu dari yang lain; budaya yang satu dari yang lain, agama yang satu dari yang lain). Dengan berkembangnya teknologi transportasi dan komunikasi seperti itu jarak antarkota, antarpulau, antarnegara, dan antarbenua seolah tidak ada lagi. Dewasa ini manusia dengan mudah dapat berkomunikasi dengan sesamanya di seluruh dunia dengan memanfaatkan satelit-satelit yang berada di atas Indian Ocean Region, Pacific Ocean Region, dan Atlantic Ocean Region. Dengan perkataan lain dapat diungkapkan bahwa dengan berkembangnya teknologi transportasi dan komunikasi, dunia seolah semakin sempit; ruang dan waktu menjadi semakin relatif, dan dalam banyak hal batas-batas negara telah menjadi kabur dari bahkan menjadi tidak relevan lagi.
Secara etimologi, menurut kamus besar bahasa Indonesia “era” diartikan sejumlah tahun dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah atau masa. Sedangkan menurut kamus ilmiah popular era berarti zamanmasa atau kurun waktu. Sedangkan kata “globalisasi” berasal dari kata dasar global, yang artinya menyeluruh,seluruhnyagaris besarsecara utuh, dan kesejagatan.
Era globalisasi dalam arti terminologi adalah sebuah perubahan sosial, berupa bertambahnya keterkaitan diantara masyarakat dan elemen-elemen yang terjadi akibat transkulturasi dan perkembangan teknologi dibidang transportasi dan komunikasi yang memfasilitasi pertukaran budaya dan ekonomi internasional. Globalisasi juga dimaknai dengan gerakan mendunia, yaitu suatu perkembangan pembentukan sistem dan nilai-nilai kehidupan yang bersifat global. Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara menyeluruh dan perubahan itu dihadapi bersama sebagai suatu perubahan yang wajar. Sebab mau tidak mau, siap tidak siap perubahan itu akan terjadi. Era ini di tandai dengan proses kehidupan mendunia, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang tranformasi dan komunikasi serta terjadinya lintas budaya.[7]
Jadi, era globalisasi dapat dijelaskan dari dua kata yang membangunnya yakni kata “era” dan “globalisasi”. Era berarti zaman atau kurun waktu, sementara globalisasi berarti proses mengglobal atau mendunia. Dengan demikian era globalisasi berarti zaman yang di dalamnya terjadi proses mendunia.


B.       Sejarah Globalisasi
Sebelum buming term globalisasi, kita barangkali masih ingat dengan istilah Developmentalisme atau pembangunanisme jika ditelaah secara kritis gagasan ini sesungguhnya tidak lepas dari “perang dingin” antara blok sosialis dan kapitalis. Artinya developmentalisme merupakan upaya untuk membatasi berkembangnya sosialisme di dunia. Ia tidak lebih dari refleksi paradigma barat tentang perubahan sosial, yakni langkah-langkah menuju higher modernity. Modernitas diterjemahkan dalam bentuk teknologi dan pertumbuhan ekonomi mengikuti jejak negara-negara industri yang mengacu pada revolusi industri.
 Diantara wujud dari develomentalisme ini adalah apa yang disebut dengan “revolusi hijau”. Di Indonesia, konsep revolusi hijau di sabut dengan gegap gempita oleh pemerintahan orde baru. Gerakan revolusi hijau ketika itu dilakukan melalui komando dan subsidi. Program bimbingan masal (bimas) 1970 merupakan salah satu bentuk implementasi revolusi hijau. Bimas adalah salah satu paket program pemerintah yang berupa teknologi pertanian benih benih hibrida, pestisida, dan bantuan kredit. Kemudian pada tahun 1979, pemerintah meluncurkan program baru, yaitu Insus (Intensifikasi Masa). Tujuannya adalah mendorong petani menanam tanaman sambil mengontrol hama.
Setelah era develovmentalisme dianggap gagal telah telah berakhir disebabkan secara kualitatif terdapat berbagai persoalan yang berdampak terhadap meningkatkan kemiskinan di pedesaan, urbanisasi, dan represi potilik terhadap kaum tani. Berdasarkan ketidak stabilan era developmentalisme demi terealisasinya kesejahtraan kemakmuran, dan keternraman masyarakat maka masyarakat dunia kini memasuki era baru yang disebut globalisasi. Diantara ciri khas yang paling dominan dari globalisasi adalah pasar bebas (liberalisasi perekonomian). Dengan demikian, globalisasi pada dasarnya lebih merupakan egenda TNCs (Trans National Vorporations) melalui mekanisme yang diciptaka oleh WTO (Word Trade Organization) untuk memaksakan kepentingannya melalui kebijakan reformasi atau aturan suatu negara dalam berbagai bidang seperti perpajakan, tenaga kerja, perdagangan, investasi, dan segala aturan yang memudahkan pencapaian kebutuhan perdagangan mereka. Melalui metode semacam ini akan memberi kemudahn kepada TNSCs untuk mengekploisasi sumber daya manusia atau alam melalui berbagai kesepakatan perdagangan bebas.[8]
Secara singkat terjadinya era globalisasi dapat dituturkan sebagai berikut. Era globalisasi diawali oleh era telekomunikasi. Sedangkan era telekomunikasi diawali oleh pengiriman telegram untuk pertama kalinya oleh Samuel Morse (1884) dan yang disusul oleh pengiriman pesan telepon oleh Graham Bell (1876). Kemudian yang terakhir diikuti oleh pembaharuan teknologi lainnya, seperti penemuan gelombang elektromagnet oleh Heinrich Hertz (1880), pembuatan televisi mekanik oleh Paul Nipkow (1884), di samping penyampaian pesan radio untuk pertama kalinya oleh Guglielmo Marconi (1895), penemuan televisi rumah pertama kalinya oleh Philo Farnsforth (1930). Lebih jauh, itu semuanya dilengkapi dengan penemuan televisi siaran (1933) dan penayangan melalui televisi komersial yang pertama (1941).[9]
Era telekomunikasi di atas kemudian disusul oleh era komunikasi interaktif, yaitu era modern yang mengantarkan manusia pada era globalisasi. Era komunikasi interaktif tersebut dimulai dengan penemuan Numerical Integrated Automatic Computer pada University of Pennsylvania (1946), yang kemudian disusul dengan pembuatan transistor oleh William Schockley dkk (1947), pembuatan video tape pertama di Ampex (1956), peluncuran Sputnik oleh Uni Sovyet (1957), peluncuran Apollo XI oleh Amerika Serikat (1969), dan ..., di samping pemanduan satelit dan televisi (1975). Era komunikasi interaktif tersebut akhirnya disusul oleh era penyiaran langsung melalui satelit (direct broadcasting satellite, DBS). Era ini agaknya akan merambat ke seluruh dunia, mengingat janin teknologi DBS sudah banyak dikuasai masyarakat yang tanda-tandanya tampak pada pemasangan antena parabola. Sehubungan dengan hal ini orang dapat mengingat akan penayangan-penayangan peristiwa Perang Teluk oleh Cable News Network (CNN) pada tahun 1991 yang lalu.[10]

C.      Ruang Lingkup Globalisasi
Baharuddin darus menggambarkan lima konfigurasi globalisasi, antara lain: (1) globalisasi informasi dan komunikasi (2) globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas (3) globalisasi gaya hidup, pola konsumsi, budaya, dan kesadaran (4) globalisasi media masa (5) Globalisasi politik dan wawasan. Delapan konfigurasi yang digambarkan oleh Darus dan Muhtarom diatas bisa disederhanakan menjadi lima konfigurasi, yaitu:[11]
1.    Globalisasi Informasi
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, makna informasi mencakup penerangan, pemberitahuan, kabar, dan cerita tentang hal-hal yang menyampaikan gagasan. Informasi ini sangat erat hubungannya dengan informasi berupa pernyataan fikiran dan perasaan manusia terhadap orang lain.
      Informasi dan komunikasi yang didukung dengan menggunakan teknologi dapat dilakukan dengan mudah dan efektif. Teknologi informasi dan komunikasi memberikan efektifitas dan efesiensi yang signifikan bagi kehidupan manusia. Proses komunikasi melalui media masa seperti radio, tv, internet, surat kabar, film, dan semacamnya dapat mengatasi perbedaan ruang dan waktu antara penyampaian pesan dan penerima pesan. Sayangnya, dinamika informasi yang mengagumkan tersebut sering lepas kontrol. Semua kalangan dapat menikmati segala fasilitas yang disediakan media masa, tak peduli apakah informasi tersebut positif atau tidak. Tingginya angka kriminalitas di Indonesia diakui atau tidak merupakan salah satu imbas dari media masa yang dikonsumsi sehari-hari.
2.    Globalisasi Ekonomi
Globalisasi ekonomi merupakan pengintegrasian ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam sistem ekonomi global. Segenap aspek perekonomian, pasokan juga permintaan bahan mentah, informasi dan tranformasi tenaga kerja, keuangan, distrbusi, serta kegiatan-kegiatan pemasaran menyatu dan terjalin dalam hubungn interdependensi yang bersekala global.
Pasca perang dingan globalisasi ekonomi mengalami kemajuan yang luar biasa cepatnya dan mempunyai daya tekan yang semakin besar. Adanya capital flight dari negara-negara industri ke negara-negara lain lebih menguntungkan negara-negara maju, yang kemudian berakibat pada semakin banyaknya pengangguran dan merosotnya tingkat kemakmuran serta semakin berkurangnya rasa keamanan dan ketentraman masyarakat.
3.    Globalisasi Budaya
      Globalisasi budaya tentu akan mempercepat akulturasi budaya antara bangsa yang satu dengan bangsa-bangsa yang lainnya. Bahkan pada titik klimaks barang kali tak ada lagi kekhasan budaya sebuah bangsa, sebab semua budaya sudah melebur menjadi satu dalam sebuah komunitas global. Atau sebaliknya, globalisasi dapat memperkokoh budaya lokal dan nasional untuk dipopulerkan pada masyarakat global sebagai sebuah ciri khas dan keunikan suatu bangsa.
Globalisasi budaya ini pasti memiliki efek negatif dalam kehidupan masyarakat. Efek globalisasi budaya yang paling kentara adalah budaya konsumsi yang lazim disebut “konsumerisme”. Hal ini bukan hanya dipandang kebiasaan buruk karena menghambur-hamburkan harta untuk membeli sesuatu yang tak penting, akan tetapi juga bisa mengkikis daya imajinasi seseorang untuk “mencipta dan berkarya”. Orang lebih suka berfikir bagaimana agar segera mendapatkan dan mengoleksi barang-barang tertentu dari pada bagaimana cara membuat dan mengembangkannya. Prahara ini disebut virus instan. Terbukti banyak tradisi lokal atau nasional suatu negara yang tergerus oleh budaya global yang tak jelas asal-usulnya. Masyarakat hanya mengkonsumsi dan meniru suatu budaya tanpa berfikir dari mana dan milik siapa budaya itu. Contoh yang paling sederhana adalah soal pakaian.
4.    Globalisasi Hukum
Kehidupan ekonomi global dengan aktifitas perusahaan transnasional sangat berpengaruh terhadap hukum, dan sekaigus memberi peluang untuk mengubah logika dan praktik hukum. Globalisasi telah menghilangkan batas-batas kenegaraan, sehingga tak ada lagi negara yang dapat mengklaim bahwa ia menganut sistem hukum secar absolut. Contohnya hukum Indonesia, selain harus mengikuti konfensi-konfensi yang telah diakui oleh masyarakat dunia juga harus serta mempertimbangkan bentuk keadilan yang sesuai dengan struktur masyarakatnya.
Premis-premis tersebut menunjukan bahwa konsep penegakkan hukum tidaklah semata-mata hanya mewajibkan setiap warga negara untuk mematuhi dan tunduk kepada hukum, melainkan juga melihat sejauh mana hukum telah melaksanakan fungsinya sebagai sarana terwujudnya keadilan. Untuk mendapatkan keadilan harus melalui pengadilan yang bebas dan tak memihak, dengan mengacu pada hukum acara yang menjamin pemeriksaan objektif oleh hakim yang juur dan adil. Tujuannya untuk memperoleh keputusan yang adil dan benar.
5.    Globalisasi Politik
Kehidupan politik yang mencakup beragam kegiatan berkaitan dengan perilaku politik maupun kelompok kepentingan. Seorang individu tau kelompok dapat disebut berpolitik manakala mereka berpartisispasi dalam kehidupan politik dan aktifitas. Mereka berhubungan denagn pelaksanaan kebijakan-kebijakan untuk suatu masyarakat. Hal ini mengindikasikan persoalan sebuah negara yang ada di belahan dunia manapun pasti akan mendapat respon dari negara-negara lain. Negara-negara tersebut banyak mempengaruhi kebijakan-kebijakan politik yang ditentukan suatu negara oleh dunia internasional seperti PBB. Bukan itu saja, kekuatan negara adidaya seperti Amerika baik langsung maupun tidak langsung turut mempengaruhi kebijakan-kebijakan dalam negri suatu negara. Makanya tak mengherankan pemerintah sering membuat kebijakan yang tak populis, sebab kebijakan tersebut sejatinya merupakan pesanan dari kekuatan internasional atau kekuatan sebuah negara yang kini sedang menjadi polisi internasional, Amerika Serikat.

D.      Dampak Globalisasi
1.      Dampak Globalisasi bagi Dunia Pendidikan Indonesia[12]
a.       Dampak positif
1)        Pengajaran Interaktif Multimedia
Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Apabila dulu, guru menulis dengan sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang sudah ada computer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan menjadi suatu proses komunikasi.
Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan fakta dengan konsep.
2)        Perubahan Corak Pendidikan
Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah diamandemen, UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia pendidikan, teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet dapat membantu siswa untuk mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antarsiswa terutama dengan mereka yang berjuauhan tempat tinggalnya.
Pembelajaran Berorientasikan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat kemajuan siswa. KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal pemerintah dalam mengikutsertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendngarkan dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi. Disamping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep-konsep, dan fakta sendiri.
b.      Dampak negatif
1)        Komersialisasi Pendidikan
Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan sebuah kisah tentang pesaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam bukunya “Masa Depan Sempurna” bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi murid, tapi juga pemegang saham.
2)        Bahaya Dunia Maya
Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan sek-sual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan “facebook”. Hal ini sangat berbahaya pada proses belajar mengajar.
3)        Ketergantungan
Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.
2.      Dampak Globalisasi Pada Pendidikan Karakter[13]
a.       Dampak Positif
1)        Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
2)        Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
3)      Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
b.      Dampak Negatif
1)      Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
2)      Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
3)      Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
4)      Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
3.      Dampak Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda[14]
a.       Dampak Positif
1)        Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat
2)        Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.
3)        Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
b.      Dampak Negatif
Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejalagejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja-remaja kita yang berdandan seperti selebritis budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan dan memperlihatkan bagian tubuh. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan, gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Apa lagi bagi anak muda, internet sudah menjadi santapan mereka sehari-hari. Jika digunakan dengan semestinya tentu  memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan rugi.
Dan sekarang, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs porno. Bukan hanya internet, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan.
Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati. Contoh nyata adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat. Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa.
4.      Dampak Globalisasi Terhadap Kehidupan Sosial Indonesia[15]
a.       Dampak positif
1)   Hanya dengan satu medium saja berjuta-juta manusia dapat menyaksikan pertandingan yang bergengsi lewat layar televisi.
2)   Era globalisasi telah membawa dampak terciptanya satu masyarakat yang meliputi seluruh umat manusia.
3)   Era globalisasi dapat memungkinkan terjadinya perubahan besar pada pola hidup manusia, misalnya pada cara kerja manusia: manusia akan semakin aktif dalam memanfaatkan, menanam, dan memperdalam kapasitas individunya manusia semakin ingin menampilkan nilai-nilai manusiawi dan jati diri budayanya.
b.      Dampak negatif
1)   Merembesnya budaya dari negara maju (sebagai pemasok informasi) ke negara berkembang. Perembesan budaya tersebut tidak mustahil dapat berdampak pada ketergantungan budaya negara berkembang terhadap negara maju.
2)   Globalisasi informasi itu sendiri dapat menyebabkan pemerkosaan dan imperialisme budaya negara maju atas negara berkembang (dalam hal ini negara yang lebih lamban dalam perkembangan modernisasinya).
3)   Walaupun globalisasi tidak bisa langsung diidentikkan dengan westernisasi namun globalisasi sesungguhnya mungkin dapat menyebabkan terjadinya masyarakat yang individualistis dan tidak religius

E.       Sikap dalam Menghadapi Globalisasi
1.      Antisipasi Pengaruh Negatif Globalisasi terhadap Nasionalisme[16]
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme sebagai berikut:
a.       Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
b.      Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
c.       Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaikbaiknya.
d.      Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
e.       Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, social budaya bangsa. Dengan adanya langkah-langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa.
2.      Sikap menghadapi Globalisasi dalam kehidupan sosial[17]
a.       Memanfaatkan keunggulan alat komunikasi dengan sebaik – baiknya sesuai dengan fungsi dan kebutuhan .
b.      Memanfaatkan keunggulan alat teknologi komputer dan lain sebagainya demi kemajuan masa depan dan tidak menyalah gunakannya .
c.       Dalam melihat acara televisi harus dapat memilih mana yang baik dan mendukung proses pembelajaran diri .
d.      Memperkuat keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
e.       Belajar tekun agar menjadi manusia yang berguna dan dapat membedakan perilaku yang benar dan salah.
f.       Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa .
g.      Menggunakan produk dalam negeri .
h.      Mempertimbangkan setiap perbuatan agar tidak merugikan diri sendiri dan oranglain .
i.        Menggunakan waktu dengan kegiatan – kegiatan yang bermanfaat.
j.        Bergaul dengan orang – oprang yang berakhlak baik dan tidak terpengaruh terhadap lingkungan dan pergaulan buruk .
3.      Sikap Dunia Pendidikan Indonesia Terhadap Globalisasi[18]
Berdasarkan pembahasan pada sub bab sebelumnya, globalisasi merupakan sebuah keniscayaan. Selalu menampakkan dua wajah yang berbeda, yaitu globalisasi yang menampakkan wajah positif dan dampak negatif.
Dampak positif dapat diterima untuk menambah daftar kekayaan dalam dunia pendidikan Indonesia. Sedangkan untuk dampak negative, Menolak dan menghindarinya sangatlah tidak mungkin dilakukan, yang bisa dilakukan adalah mengeliminasi dan mereduksi dampak negative tersebut. Untuk menghadapi dampak negatif globalisasi terhadap dunia pendidikan Indonesia, diperlukan sikap tegas dari masyarakat pendidikan itu sendiri, yaitu:
Menjadikan Pancasila Sebagai Acuan Pancasila selain sebagai landasan ideologi bangsa Indonesia, juga berperan sebagai filter. Pengaruh-pengaruh dari luar Indonesia, disaring. Kemudian dikalasifikasikan kedalam dua golongan :
Golongan pertama adalah golongan yang sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Golongan pertama ini merupakan golongan yang diterima dan dikembangkan, agar benar-benar sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia.
Golongan kedua adalah golongan yang tidak sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga perlu ditindak lanjuti untuk mengurangi bahayanya bagi bangsa Indonesia. Menjadikan Pelajaran-Pelajaran Moral sebagai Pelajaran Wajib Pelajarn-pelajaran yang menjurus pada pembekalan moral dan perbaikan akhlak (seperti pendidikan agama, pendidikan pancasila dan kewarganegaraan) hendaklah dijadikan pelajaran wajib dalam penyusunan kurikulum. Sehingga siswa tidak hanya dituntut pandai dalam keilmuan atau spesialisasi dalam bidang-bidang tertentu tetapi juga memiliki moral dan akhlak yang baik yang tercermin pada setiap tingkah laku maupun ucapannya.
4.      Sikap Pendidikan Karakter Terhadap Pengaruh Globalisasi
Karakter Qur’ani sangat urgen dalam konteks kekinian dimana ummat Islam menghadapi arus globalisasi yang digulirkan oleh barat. Globalisasi cenderung menjebak manusia dalam kubangan materialisme dan mengesampingkan karakter Islami pada seluruh kaum muslimin. Disebabkan krakter dan keadilan versi globalisasi ditimbang dengan kaca kapitalisme. Maka tak mengherankan bila manusia masa kini lebih intens bersikap individualistis, apatis terhadap penderitaan orang lain, bahkan melupakan kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang abadi. Karenanya, pendidikan karakter berbasis Qur’ani merupakan solusi alternatif bagi umat islam  yang mengalami keterbelakanagn di bidang iptek di era globalisasi. Sejatinya al Qur’an menopang segala kebutuhan ummat Islam termasuk dalam pengembangan ilmupengetahuan dan teknologi melalui sistem pendidikan karakternya. Jika al Qur’an telah mengarahkan semuanya, mengapa ummat Islam merasa silau dengan globalisasi yang dikembangkan barat? Bukankah akanlebih terhormat bila ummat Islam mampu mencerminkan karakter Islami dalamkegiatan pendidikannya?
Dengan karakter Qur’ani pendidikan Islam akan mampu melahirkan sosok gemerasi muslim yang kreatif, inofatif, dan berbudi luhur yang fapat memanfaatkan seluruh potensi yang ada di alam ini dengan sebaik-baiknya untuk kebaikan, kesejahteraan, kemakmuran dan stabilisasi umat Islam di era gobalisasi.[19]
Jika karakter Qur’ani terus diterapkan, dikembangkan, dan direalisasikan dalam seluruh aspek kehidupan baik meliputi ekonomi, politik, hukum, budaya dan terkhusus istansi pendidikan secara konsisten, maks tak mustahil di mas mendatang ummatIslam mampu menciptakan dan mewujudkan peradaban Qur’ani sebagai bentuk jawaban dan tantangan globalisasi yang menerpa umat ini.[20]
Pendidikan karakter Islami harus dikembalikan kepada fitrahnya sebgai pembinaan akhlak karimah dengan tanpa mengesampingkan dimensi-dimensi penting lainnya yang harus dikembangkan dalam institusi pendidikan, baik formal, informal, maupun non formal. Artinya masalah akhlak siswa bukan semata-mata tanggung jawab guru atau sekolah saja, tetapi juga tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, dan pemerintah pada umumnya. Pembinaan akhlak merupakan salah satu orientasi pendidikan Islam diera globalisasi ini adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar sebab eksis tidaknya suatu bangsa sangat ditentukan oleh akhlak mayarakatnya. Jika akhlaknya baik maka bangsa tersebut akan eksis, sebaliknya jika akhlaknya bobrok maka bangsa tersebut akan segera musnah mengalami keterpurukan, begitulah peringatan Asysaukani.[21]


II.          Apakah kompetensi mengajar yang ada selama ini sudah cukup sebagai bekal guru untuk menghadapi era global ataukah perlu ada kompetensi lagi?

A.      Kompetensi Profesional Guru
Menurut PP RI No. 19/ 2005 tentang standar Nasional Pendidikan pasal 28, dinyatakan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi , yakni kompetensi pedagogic, kepribadian, professional, dan social.Dalam konteks itu maka kompotensi guru dapat diartikan sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diwujudkan dalam bentuk perangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki oleh seorang guru yang dipersyaratkan beserta kompetensi inti guru sebagaimana dikehendaki dalam Permendiknas RI Nomor 16 Tahun 2001 yang diuraikan sebagai berikut : [22]
1.         Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik terdiri dari beberapa kompetensi inti guru yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta didik , pengelolaan pembelajaran yang mendidik , dan berbagai pengembangan yang mendidik. Kompetensi inti guru dalam pedagogic ini meliputi:
a.    Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, social, cultural,emosional dan intelektual.
b.    Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
c.    Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
d.   Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik
e.    Memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f.     Menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g.    Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h.    Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i.      Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
j.      Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran
2.         Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian terdiri dari beberapa kompetensi inti guru yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, stabil, dewasa , arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahlak mulia. Kompetensi inti guru dalam kepribadian ini meliputi:
a.    Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, social dan kebudayaan nasional Indonesia.
b.    Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur dan berakhlak mulia, teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
c.    Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
d.   Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru dan rasa percaya diri..
e.    Menjujung tinggi kode etik profesi guru.
3.         Kompotensi social 
Kompotensi social meliputi berbagai kompoten inti guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama didik, tenaga kependidikan. Orang tua / wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompotensi inti guru dalam bidang social ini meliputi :
a.       Bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status social ekonomi.
b.      Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesame pendidik, orang tua, dan masyarakat.
c.       Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman social budaya
d.      Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4.         Kompetensi Profesional
Kompotensi Profesional meliputi berbagai kompotensi inti guru yang berkenaan dengan penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah wawasan keilmuan sebagai guru. Kompotensi inti guru dalam kompotensi professional ini mencakup :
a.       Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola piker keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
b.      Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
c.       Menguasai standar kompotensi dan kompotensi dasar mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.
d.      Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
e.         Memanfaatkan tekhnologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

B.       Perlukah Kompetensi Lain Untuk Menghadapi Globalisasi
Menurut Saya, dalam menghadapi era globalisasi perlu ada tambahan kompetensi selain 4 kompetensi yang telah di bahas di atas, yaitu Kompetensi Teknologi.
Di dalam kompentensi Teknologi seorang guru atau pendidik dituntut untuk dapat menggunakan teknologi dalam pembelajaran dan seorang guru tidak boleh gaptek (gagap teknologi). Penggunaan teknologi pembelajaran berbasis computer menjadi keharusan.
Para guru seharusnya cepat untuk beradaptasi. Seorang guru yang gagap teknologi, menjadi suatu keniscayaan untuk menggunakan teknologi computer dalam proses pembelajaran di kelas. Dan komputer menjadi barang asing baginya. Kemajuan teknologi (computer) mestinya dapat mempermudah bagi guru dalam melaksanakan tugas kependidikan yang diemban. Pembelajaran di kelas pun menjadi hidup, menarik, dan menyenangkan. Situasi kelas yang menyenangkan, dan pengelolaan kelas yang dinamis, dapat mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran.
Walaupun di dalam kompetensi pedagogik seorang guru dituntut harus dapat memanfaatkan tehnologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik, namun perlu adanya suatu kompentensi yang mengkhususkan para guru untuk dapat memahami dan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran.
Menurut saya, jika dalam kompetensi profesional guru ditambah satu kompetensi lagi yaitu Kompetensi Teknologi, maka pemerintah akan lebih memusatkan perhatian tentang kemampuan guru di bidang teknologi. Guru-guru yang gaptek akan lebih cepat paham dengan teknologi karena para guru akan meningkatkan kompetensi wajib dari seorang guru yang belum ia penuhi. Seorang guru yang kurang bisa memanfaatkan teknologi mau tidak mau harus lebih belajar untuk bisa memanfaatkan teknologi agar ia tetap bisa menjadi seorang guru.
Sebenarnya sumber permasalahan pendidikan yang terbesar adalah adanya perubahan, karena itu permasalahan akan senantiasa ada sampai kapanpun. Institusi pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan perkambangan yang ada dalam masyarakat. Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan. Akibatnya demikian banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuannya menyesuaikan perubahan yang terjadi di sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasnnya sebagai individu atau karena keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa muncul karena adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.
















DAFTAR PUSTAKA

Aziziy, Qodri. 2004.  Melawan Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008.  KBBI Pusat Bahasa Edisi Empat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Gilson, Thomas. 2007.  IndoDic E-dictionary Version 1.2 th.
Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan Di indonesia. (www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151). Diakses 28   Mei 2016.
Suaatmadja, Nursid dan Kusmaya Wihardit. 2007. Perspektif global.  Jakarta: Universitas Terbuka.
Tantowi, Ahmad. Pendidikan Islam di Era Transformasi Global (Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra: 2008)
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.




[1] Nursid suaatmadja dan Kusmaya Wihardit, Perspektif global,  (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.18
[2] Ibid., hlm. 19
[3] Thomas Gilson, IndoDic E-dictionary Version 1.2 th. 2007
[4] Departemen Pendidikan Nasional, KBBI Pusat Bahasa Edisi Empat, (PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) cet. Pertama hl.455
[5] H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global (Semarang, PT. Pustaka Rizki Putra: 2008), cet. Pertama, hl. 47
[6] Nursid suaatmadja dan Kusmaya Wihardit, Perspektif global,  (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm.22
[7] Qodri Aziziy , Melawan Globalisasi (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004) hlm. 22

[8] H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, hl.50-53
[9] Ibid., hlm. 23
[10] Qodri Aziziy Loc.cit,.
[11] H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, hl. 54-61
[12] Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online),                     (www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151), diakses 28                   Mei  2016.
[13] H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, hl.86-89

[14] Qodri Aziziy , Melawan Globalisasi (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004) hlm. 24

[15] Ibid,. Hlm 25
[16] Qodri Aziziy, Loc.cit,
[17] Ibid,. Hlm 24
[18] Januar, I. 2006. Globalisasi pendidikan dI indonesia, (Online),                     (www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos=mygroup&gid=340151), diakses 28                   Mei  2016.
[19] H. Ahmad Tantowi, Pendidikan Islam di Era Transformasi Global, hl.86-89
[20] Ibid., .86-89
[21] Jubaidi, Desain pendidikan Karakter (Jakarta, Kencana Pranada Media: 2012),Cet.kedua, hl. 8

[22] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

0 komentar:

Posting Komentar