Metodologi
Pengajaran
Model Pembelajaran Kooperatif
Disusun
Oleh:
Kelompok
2
1. Merlia (14221058)
2. Oktari Yulika (14221072)
3. Purnama Sari (14221075)
4. Rahma Vania Carissa (14221078)
Dosen Pengampu
Tria Gustiningsi,
M.Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN
Pemilihan
model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar sesuai dengan
cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan
optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, pengajar harus ingat
bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan
kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang
tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Jenis –
jenis model belajar cukup banyak, menurut Erman Suherman ada 65, juga model
pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah atau mata pelajaran, contoh ada model
pembelajaran fisika, model pembelajaran mataematika, model pembelajaran
geografi, model pembelajaran bahasa Indonesia dan lain-lain. Penggunaan model
pembelajaran juga dipengaruhi oleh filsafat pendidikan, misalnya model
pembelajaran yang sesuai dengan filsafat konstruktivisme, model pembelajaran
yang sesuai dengan filsafat progesivisme, dan lain-lain. Selain itu model
pembelajaran juga bergantung dari pemakaian teknologi dalam pendidikan,
misalnya penggunaan komputer.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pembelajaran
Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah
rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Nurhadi (2004)
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5
orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Krimanto (2003)
mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau
serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa
agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya para ahli menyatakan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling
tolong-menolong dalam perilaku sosial. Pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja
sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Nurhadi,
2004). Jay
Stepelman (1999) mengungkapkan
bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar
belajar dalam kelompok.
Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative
learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan
asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Nurhadi (2004)
mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling
ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi
antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif (Cooperative
learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling
ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses
kelompok (Krismanto, 2003). Cooperative
learning menurut Nurhadi (2004) merujuk pada berbagai macam model
pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang
terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik
yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi
pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu,
saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka
kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative
learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran
ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga
memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang
bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok.
Rahmadi Widdiharto
(2004) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran
kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas
dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang
dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya
menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Menguraikan model pembelajaran
kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius.
Filsafat ini menekankan bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah
kunci seseorang dapat menempatkan dirinya di lingkungan sekitar. Dari beberapa
definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa
dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari
siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki
dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama
mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Nurhadi (2004) mengemukakan tujuan
yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan
para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan
supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Krimanto
(2004/ 2005) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan norma-norma yang proakademik diantara para siswa, dan norma-norma
pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.
3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
Jay Stepelman (1999)
mengemukakan unsur-unsur dalampembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a.
Para siswa
harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”;
b.
Para siswa
harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya,
selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang
dihadapi;
c.
Para siswa
harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yangsama;
d.
Para siswa
membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok;
e.
Para siswa
diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap
evaluasi kelompok.
4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan pembelajaran kooperatif
bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor
dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut:
a.
Guru harus
mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak
tenaga, pemikiran dan waktu;
b.
Agar proses
pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat
dan biaya yang cukup memadai;
c.
Selama kegiatan
diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang
dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan, dan
d.
Saat diskusi
kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang
lain menjadi pasif.
5. Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif
Jay Stepelman (1999)
memaparkan beberapa aspek pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a.
Tujuan
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (seringkali
yang beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta untuk mempelajari
materi tertentu dan saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari
materi tersebut.
b.
Level
kooperatif
Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan bahwa
semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yangditugaskan) dan
level sekolah (dengan cara memastikan bahwa semua siswa disekolah benar-benar
mengalami kemajuan secara akademik).
c.
Pola interaksi
Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain. Siswa
mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara menyelesaikan
tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong
untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang
membutuhkan. Pola interaksi ini muncul didalam dan di antara kelompok-kelompok
kooperatif.
d.
Evaluasi
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya biasanya
terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap siswa, bisa pula
difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun sekolah. Nurhadi (2004)
menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi,
hubungan inter personal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam
individu memotivasi gerakan kearah pencapaian hasil yang diinginkan.
6. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Nurhadi (2004) memaparkan beberapa
ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
a.
Setiap anggota
memiliki peran;
b.
Terjadi
hubungan interaksi langsung di antara siswa;
c.
Setiap anggota
kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya;
d.
Guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan
e.
Guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tiga konsep sentral yang menjadi
karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Rahmadi
Widdiharto (2004) yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan
kesempatan yang sama untuk berhasil.
1) Penghargaan kelompok
Pembelajaran
kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan
kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas
kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal
yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2) Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan
kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.
Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok
yanng saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu
juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas
lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran
kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu.
Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi
rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan
melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
.
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Jay Stepelman (1999)
memaparkan sintak model pembelajarankooperatif terdiri dari enam fase sebagai
berikut.
a.
Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi
maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa
harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
b.
Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
c.
Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama
didalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok.
Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung
tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider
atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu
lainnya.
d.
Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas
yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang
diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa
mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.
e.
Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten
dengan tujuan pembelajaran.
f.
Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan
kepada siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung
pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah
jika siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang
lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota
tim-timnya saling bersaing.
8. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Jay Stepelman (1999)
menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan
keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga
memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
a.
Siswa yang
diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil
pembelajaran yang lebih tinggi;
b.
Siswa yang
berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri
yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;
c.
Dengan
pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan
diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif
(interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti;
d.
Pembelajaran
kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang
berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.
9. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif
menurut Rahmadi Widdiharto (2004) ada berbagai macam tipe, yaitu Student
Teams-Achievement Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated
Readingand Composition (CIRC), Team Assisted Individualization (TAI),
GroupInvestigation, Learning Together, Complex Instruction, dan Structure DyadicMethods.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif
adalah Team Assisted Individualization (TAI) yang akan dijelaskan secara
rinci sebagai berikut;
a.
Pengertian Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team
AssistedIndividualization) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Rahmadi
Widdiharto (2004) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif
dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih
banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model pembelajaran TAI
ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang
sudah dipersiapkan oleh guru.
Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan
dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Model
pembelajaran TAI dimana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil (5 siswa)
secara heterogen yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang mempunyai lebih
dibandingkan anggotanya. Selain itu guru mempunyai fleksibilitas untuk
berpindah dari kelompok ke kelompok atau dari individu ke individu, kemudian
para siswa dapat saling memeriksa hasil kerja mereka, mengidentifikasi
masalah-masalah yang muncul dalam kelompok dapat ditangani sendiri maupun
dengan bantuan guru apabila diperlukan.
b. Komponen-Komponen TAI (Team Assisted
Individualization)
Krismanto
(2005) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan model
pembelajaran TAI tidak sama dengan kegiatan pembelajaran pada model
pembelajaran STAD dan TGT, TAI terikat pada serangkaian materi pelajaran yang
khas dan memiliki petunjuk pelaksanaan sendiri. Menurut Slavin (Nur Muhammad, 2005)
model pembelajaran TAI terdiri dari delapan komponen, yaitu:
Tahap
1 : Mempelajari Materi Pelajaran
Siswa
mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Tahap
2 : Tes Penempatan (Placement Test)
Pada
awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan untuk
menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan padahasil tes mereka.
Tahap
3 : Membagi Siswa ke dalam Kelompok
Siswa
dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam kelompok-kelompok heterogen
terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
Tahap
4 : Belajar Kelompok (Study Teams)
Setelah
ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri sesuai dengan
kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang sudah dipelajari oleh
masing-masing individu. Setiap kelompok harus memastikan bahwa setiap
anggotanya paham tentang materi yang sudah dipelajari.
Tahap
5 : Skor dan Penghargaan Kelompok
Guru
memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang hasil dari diskusi
kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang tercakup
oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkan untuk
penampilan (hasil) kelompok.
Tahap
6 : Refleksi
Guru
menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru menerangkan
materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih yakin danmantap terhadap materi
yang dipelajari, sehingga jika mendapatkan soalsiswa bisa menyelesaikannya.
Tahap
7 : Tes Akhir
Pada
akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan secara
individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap materiyang sudah
dipelajari.
Tahap
8 : Unit Keseluruhan
Setiap
akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang dilihat dari hasil
belajar yang diperoleh siswa.
c. Karakteristik TAI (Team Assisted
Individualization)
1.
Team pembentukan
kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
2.
Placement Test, pemberian pretest
kepada siswa /melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui
kelemahan siswa pada bidang tersebut.
3.
Student Creative, melaksanakan
tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu
ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
4.
Team Study, tahapan
tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan
bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.
5.
Team Score and Team Recognition, pemberian
score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan
terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang
kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6.
Teaching Group, pemberian
materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
7.
Fact Test, pelaksanaan
tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8.
Whole-Class Units, pemberian
materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan
masalah.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
tipe TAI (Team AssistedIndividualization)
1.
Guru memberikan
tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang
sudah dipersiapkan oleh guru.
2.
Guru memberikan
kuis (pretest) secara
individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
3.
Guru membentuk
beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin
anggota kelompok berasal dari ras, budaya,suku yang berbeda serta kesetaraan
jender.
4.
Hasil belajar
siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok,
setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
5.
Guru
memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan
penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6.
Guru memberikan
kuis (posttest) kepada siswa
secara individual.
7.
Guru memberi
penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
BAB II
PENUTUP
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat
heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah,
perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling
membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua
anggota maksimal.
Tujuan yang paling penting dari model pembelajaran
kooperatif adalah untuk memberikan para siswa :
1. Pengetahuan;
2. Konsep;
3. Kemampuan;
4. Pemahaman yang mereka butuhkan;
5. Memberikan kontribusi;
6. Menciptakan norma-norma yang proakademik di antara
para siswa; dan
7. Norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat
penting bagi pencapaian siswa.
Beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut ;
1. Setiap anggota memiliki peran;
2. Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas
belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya;
4.
Guru membantu
mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan
5.
Guru hanya
berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Manfaat pembelajaran
kooperatif, sebagai berikut;
1. Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur
kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
2. Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran
kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang
lebih besar untuk belajar;
3. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih
peduli pada temantemannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa
ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar
mereka nanti;
4. pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan
siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik
yang berbedabeda.
Tipe-tipe pembelajaran
kooperatif sebagai berikut,
1. Student Teams-Achievement Division (STAD);
2. Team Game
Tournament (TGT);
3. Jigsaw
II, ;
4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);
5. Team Assisted Individualization (TAI);
6. Group Investigation;
7. Learning Together;
8. Complex Instruction; dan
9. Structure Dyadic Methods.
Daftar
Pustaka
Krismanto, 2003.
Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. PPPG
Matematika Yogyakarta.
Muhammad Nur,
2005, Pembelajaran Kooperatif, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat
Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Jawa Timur.
Nurhadi, 2004. Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Penerbit
UniversitasNegeri Malang.
Stepelman. Jay.
1999. Teaching Secondary Methematics: Tecahing and Enrichement Units. New
Jersey: PranticeHall.
Widdiharto,
Rahmadi, 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. P3G Matematika
Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar