300x250 AD TOP

OKTARI YULIKA. Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya
PALEMBANG, SUMATRA SELATAN, Indonesia
Nama lengkap : Oktari Yulika Nama Panjang : Oktariiiiiiiii yulikaaaaa (haha :D) Calon Imam (Amin) yang akan berjuang bersama menuju kesuksesan : Perry Agung Saputra Hal-hal yang ingin di capai : Ingin bergentayangan di dunia maya tanpa biaya akomodasi internet "seumur hidup" (woiii siapa yang kagak mau tuh haha), sama ingin punya duit dengan angka nol sebanyak 18 digit berjejer rapi (kayak paskiraka gituu :D) dibelakang angka 1 haha biar bisa beli tiket ke surga untuk semuuuaa orang ,, (tapii semuaa berubah saat negara api menyerang ),. Hal-hal yang tidak disukai : menunggu... dari jaman joko tingkir, joko tarub, joko golog, sampe sekarang jaman jokowi.. Yang namanya nunggu itu emang bener-bener gak menyenangkan,. apa lagi menunggu sesuatu yang tak pastii (huuhh gak bangeet deh :p, tpi kok aneh nya banyak orang yang ngelakuin hal itu, bahkan aku sendiri pun mengakui pernah melakukannya,, Dan Catat : LEBIH dari sekali,... BEGOO!!!)

Salah satu naskah drama sewaktu masa SMA

Cinderella Sendal Jepit :D

Assalammualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Haiiii Teman-teman di manapun anda berada *baik dunia maupun akherat hehe*.. Kembali lagi di po...

Followers

Labels

Translate

Blogger news

Selasa, 12 Juli 2016

Tagged under:

Pengertian, Tujuan, Unsur, dan Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Metodologi Pengajaran
Model Pembelajaran Kooperatif




Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Merlia                                 (14221058)
2. Oktari Yulika                    (14221072)
3. Purnama Sari                    (14221075)
4. Rahma Vania Carissa       (14221078)


Dosen Pengampu
Tria Gustiningsi, M.Pd


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
RADEN FATAH PALEMBANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN

Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membawa siswa belajar sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, pengajar harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
Jenis – jenis model belajar cukup banyak, menurut Erman Suherman ada 65, juga model pembelajaran berkaitan dengan mata kuliah atau mata pelajaran, contoh ada model pembelajaran fisika, model pembelajaran mataematika, model pembelajaran geografi, model pembelajaran bahasa Indonesia dan lain-lain. Penggunaan model pembelajaran juga dipengaruhi oleh filsafat pendidikan, misalnya model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat konstruktivisme, model pembelajaran yang sesuai dengan filsafat progesivisme, dan lain-lain. Selain itu model pembelajaran juga bergantung dari pemakaian teknologi dalam pendidikan, misalnya penggunaan komputer.













BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Nurhadi (2004) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan menurut Krimanto (2003) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya para ahli  menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam perilaku sosial. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Nurhadi, 2004). Jay Stepelman (1999) mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok.
Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif. Nurhadi  (2004) mengemukakan dalam model pembelajaran kooperatif ada lima unsur yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah model pembelajaran yang menekankan pada saling ketergantungan positif antar individu siswa, adanya tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi intensif antar siswa, dan evaluasi proses kelompok (Krismanto, 2003). Cooperative learning menurut Nurhadi (2004) merujuk pada berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi, jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota kelompok.
Rahmadi Widdiharto (2004) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu siswa menyelesaikan masalah yang dimaksudkan. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas. Menguraikan model pembelajaran kooperatif ini didasarkan pada falsafah homo homini socius.
Filsafat ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Dialog interaktif (interaksi sosial) adalah kunci seseorang dapat menempatkan dirinya di lingkungan sekitar. Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Nurhadi (2004) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Krimanto (2004/ 2005) mengemukakan bahwa tujuan model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang proakademik diantara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.

3. Unsur-unsur Dasar dalam Pembelajaran Kooperatif
Jay Stepelman (1999) mengemukakan unsur-unsur dalampembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a.    Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”;
b.    Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi;
c.    Para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yangsama;
d.   Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok;
e.    Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

4. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu sebagai berikut:
a.    Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu;
b.    Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai;
c.    Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dan
d.   Saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

5. Aspek-aspek Pembelajaran Kooperatif
Jay Stepelman (1999) memaparkan beberapa aspek pembelajaran kooperatif sebagai berikut:
a.    Tujuan
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (seringkali yang beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.
b.    Level kooperatif
Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi yangditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa semua siswa disekolah benar-benar mengalami kemajuan secara akademik).
c.    Pola interaksi
Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi ini muncul didalam dan di antara kelompok-kelompok kooperatif.
d.   Evaluasi
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap siswa, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun sekolah. Nurhadi (2004) menyebutkan bahwa belajar kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan inter personal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu memotivasi gerakan kearah pencapaian hasil yang diinginkan.

6. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif
Nurhadi (2004) memaparkan beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut.
a.    Setiap anggota memiliki peran;
b.    Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
c.    Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya;
d.   Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan
e.    Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Rahmadi Widdiharto (2004) yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
1) Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
2) Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yanng saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
.
7. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif
Jay Stepelman (1999) memaparkan sintak model pembelajarankooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.
a.    Fase pertama
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Guru mengklasifikasi maksud pembelajaran kooperatif. Hal ini penting untuk dilakukan karena siswa harus memahami dengan jelas prosedur dan aturan dalam pembelajaran.
b.    Fase kedua
Guru menyampaikan informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik.
c.    Fase ketiga
Guru harus menjelaskan bahwa siswa harus saling bekerja sama didalam kelompok. Penyelesaian tugas kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Tiap anggota kelompok memiliki akuntabilitas individual untuk mendukung tercapainya tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini terpenting jangan sampai ada free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu lainnya.
d.   Fase keempat
Guru perlu mendampingi tim-tim belajar, mengingatkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan waktu yang dialokasikan. Pada fase ini bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta beberapa siswa mengulangi hal yang sudah ditunjukkan.


e.    Fase kelima
Guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang konsisten dengan tujuan pembelajaran.
f.     Fase keenam
Guru mempersiapkan struktur reward yang akan diberikan kepada siswa. Variasi struktur reward dapat dicapai tanpa tergantung pada apa yang dilakukan orang lain. Struktur reward kompetitif adalah jika siswa diakui usaha individualnya berdasarkan perbandingan dengan orang lain. Struktur reward kooperatif diberikan kepada tim meskipun anggota tim-timnya saling bersaing.

8. Manfaat Pembelajaran Kooperatif
Jay Stepelman (1999) menjabarkan beberapa manfaat pembelajaran kooperatif. Selain itu, meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif juga memberikan manfaat-manfaat besar lain seperti berikut ini.
a.    Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
b.    Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;
c.    Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-temannya, dan diantara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti;
d.   Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.

9.  Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif menurut Rahmadi Widdiharto (2004) ada berbagai macam tipe, yaitu Student Teams-Achievement Division (STAD), Team Game Tournament (TGT), Jigsaw II, Cooperative Integrated Readingand Composition (CIRC), Team Assisted Individualization (TAI), GroupInvestigation, Learning Together, Complex Instruction, dan Structure DyadicMethods.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah Team Assisted Individualization (TAI) yang akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut;
a.    Pengertian Model Pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
Model Pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team AssistedIndividualization) ini dikembangkan oleh Slavin. Menurut Rahmadi Widdiharto (2004) tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada model pembelajaran TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru.
Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggungjawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Model pembelajaran TAI dimana siswa dikelompokkan ke dalam kelompok kecil (5 siswa) secara heterogen yang dipimpin oleh seorang ketua kelompok yang mempunyai lebih dibandingkan anggotanya. Selain itu guru mempunyai fleksibilitas untuk berpindah dari kelompok ke kelompok atau dari individu ke individu, kemudian para siswa dapat saling memeriksa hasil kerja mereka, mengidentifikasi masalah-masalah yang muncul dalam kelompok dapat ditangani sendiri maupun dengan bantuan guru apabila diperlukan.
b.    Komponen-Komponen TAI (Team Assisted Individualization)
Krismanto (2005) mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran TAI tidak sama dengan kegiatan pembelajaran pada model pembelajaran STAD dan TGT, TAI terikat pada serangkaian materi pelajaran yang khas dan memiliki petunjuk pelaksanaan sendiri. Menurut Slavin (Nur Muhammad, 2005) model pembelajaran TAI terdiri dari delapan komponen, yaitu:
Tahap 1 : Mempelajari Materi Pelajaran
Siswa mempelajari materi pelajaran yang telah disiapkan oleh guru.
Tahap 2 : Tes Penempatan (Placement Test)
Pada awal program pembelajaran diberikan pretest, dimaksudkan untuk menempatkan siswa pada program individual yang didasarkan padahasil tes mereka.
Tahap 3 : Membagi Siswa ke dalam Kelompok
Siswa dalam model pembelajaran TAI ditempatkan dalam kelompok-kelompok heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.
Tahap 4 : Belajar Kelompok (Study Teams)
Setelah ujian penempatan, masing-masing individu menempatkan diri sesuai dengan kelompoknya. Setiap kelompok mendiskusikan materi yang sudah dipelajari oleh masing-masing individu. Setiap kelompok harus memastikan bahwa setiap anggotanya paham tentang materi yang sudah dipelajari.
Tahap 5 : Skor dan Penghargaan Kelompok
Guru memberikan skor dan penghargaan terhadap kelompok yang hasil dari diskusi kelompoknya bagus. Skor ini didasarkan pada jumlah rata-rata unit yang tercakup oleh anggota kelompok dan akurasi dari tes-tes unit. Kriteria ditetapkan untuk penampilan (hasil) kelompok.
Tahap 6 : Refleksi
Guru menberikan penegasan terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru menerangkan materi yang sudah dipelajari agar siswa lebih yakin danmantap terhadap materi yang dipelajari, sehingga jika mendapatkan soalsiswa bisa menyelesaikannya.
Tahap 7 : Tes Akhir
Pada akhir pembelajaran guru memberikan posttest yang dikerjakan secara individu untuk mengukur seberapa pemahaman siswa terhadap materiyang sudah dipelajari.
Tahap 8 : Unit Keseluruhan
Setiap akhir pembelajaran guru mengevaluasi pembelajaran yang dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

c.    Karakteristik TAI (Team Assisted Individualization)
1.    Team pembentukan kelompok secara heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa.
2.    Placement Test, pemberian pretest kepada siswa /melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tersebut.
3.    Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompok.
4.    Team Study, tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan.
5.    Team Score and Team Recognition, pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
6.    Teaching Group, pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
7.    Fact Test, pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
8.    Whole-Class Units, pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif tipe TAI (Team AssistedIndividualization)
1.    Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
2.    Guru memberikan kuis (pretest) secara individual kepada siswa untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal.
3.    Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4–5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
4.    Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
5.    Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
6.    Guru memberikan kuis (posttest) kepada siswa secara individual.
7.    Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.























BAB II
PENUTUP

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya bersifat heterogen, terdiri dari siswa dengan prestasi tinggi, sedang, dan rendah, perempuan dan laki-laki dengan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu dan bekerja sama mempelajari materi pelajaran agar belajar semua anggota maksimal.
    Tujuan yang paling penting dari model pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa :
1.    Pengetahuan;
2.    Konsep;
3.    Kemampuan;
4.    Pemahaman yang mereka butuhkan;
5.    Memberikan kontribusi;
6.    Menciptakan norma-norma yang proakademik di antara para siswa; dan
7.    Norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.
Beberapa ciri-ciri pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut ;
1.    Setiap anggota memiliki peran;
2.    Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa;
3.    Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya;
4.    Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, dan
5.    Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Manfaat pembelajaran kooperatif, sebagai berikut;
1.    Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi;
2.    Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga-diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar;
3.    Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada temantemannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang positif (interdependensi positif) untuk proses belajar mereka nanti;
4.    pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbedabeda.
Tipe-tipe pembelajaran kooperatif sebagai berikut,
1.    Student Teams-Achievement Division (STAD);
2.     Team Game Tournament (TGT);
3.     Jigsaw II, ;
4.    Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC);
5.    Team Assisted Individualization (TAI);
6.    Group Investigation;
7.    Learning Together;
8.    Complex Instruction; dan
9.    Structure Dyadic Methods.
















Daftar Pustaka

Krismanto, 2003. Beberapa Teknik, Model dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika Yogyakarta.

Muhammad Nur, 2005, Pembelajaran Kooperatif, Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Lembaga Penjamin Mutu Jawa Timur.

Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya Dalam KBK. Penerbit UniversitasNegeri Malang.

Stepelman. Jay. 1999. Teaching Secondary Methematics: Tecahing and Enrichement Units. New Jersey: PranticeHall.

Widdiharto, Rahmadi, 2004. Model-Model Pembelajaran Matematika SMP. P3G Matematika Yogyakarta.


0 komentar:

Posting Komentar